Sebagai agama dakwah, Islam memenangi persebarannya dengan cukup singkat dan masif di bumi Nusantara. Islam, menjadi agama mayoritas yang pada akhirnya turut mewarnai, bahkan menentukan potret keberagaman di Indonesia. Banyak ahli sejarah bilang, penyebaran Islam di Indonesia relatif berbeda dengan beberapa titik syiar lainnya. Melalui jalur perdagangan, para pembawa syariat Islam mampu berbaur dan berkompromi dengan kekayaan budaya di dalamnya.
Hal inilah, yang kemudian membentuk wajah Islam Indonesia yang toleran, ramah budaya, dan antidiskriminasi.Akan tetapi, secara asal, Islam sebenarnya sudah terformat sebagai ajaran yang menanamkan kelembutan, bahkan cinta kepada para penganutnya, nyaris keseluruhan ruh Islam melambangkan amanat cinta.
Dalam Islam, Tuhannya adalah Allah Yang Maha Cinta (Rahman, Rahim), nabinya yakni Nabi Muhammad bergelar Nabi Ar-Rahmah (nabi penuh cinta). Maka, kata Sayyidina Ja’far, cicit Nabi, apalagi Islam kalau bukan cinta? Seluruhnya cinta.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi penuh cinta. Sebaik-baiknya umatku, kata Nabi, yang berlaku baik dan memberi manfaat pada sesama juga semesta, meski sekadar dengan senyum, itu bernilai ibadah. Dalam konteks hubungan sesama manusia, Islam mewajibkan umatnya memandang siapapun sebagai saudara.
Faktanya, beberapa peristiwa, terutama belakangan, Islam kerap kali ditunjukkan dengan wajah yang bertolak-belakang dengan prinsip kelembutan. Menurut Habib Husein, hal ini lebih bertumpu pada pelaku secara personal, bukan pada institusi Islam itu sendiri.
Bahkan, jika perlu, siapa-siapa yang cenderung menampilkan Islam dengan kesan diskriminatif, mesti disanksi. Mengakui dengan jujur dan melakukan pembenahan ke dalam. Dakwah utama dalam Islam adalah ke dalam, baru ke luar. Kalau perlu menghukum, dihukum. Sebagaimana kata Nabi, kalau putriku Fatimah mencuri, aku sendiri yang akan menghukumnya. Adapun ke pihak luar, meminta maaf dan menjelaskan bahwa itu justru bertentangan dengan ajaran Islam.
Ringkasnya, agama Islam merupakan agama yang mengandung unsur cinta dalam setiap nafasnya. Sebab agama Islam tidak hanya memuat ajaran tentang Islam dan iman saja, tapi juga terdapat ajaran ihsan. Jika ada seorang mengaku Muslim, tapi masih suka menghina, menghujat, dan berlaku keji, dapat dipastikan hal tersebut bukan ajaran dalam agama Islam. Secara tegas Husein Ja’far al-Hadar menyatakan, bukan Islam jika tidak ada unsur cinta di dalamnya, karena Islam adalah agama cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar