BAHAYA SALING TUDUH MENUDUH
OLEH: El-Fatih Crew
Pada akhir-akhir ini, kita
bangga bahwa demokrasi di Indonesia semakin berkembang. Para pemimpin dipilih
langsung oleh rakyat. Tampak bahwa rakyat semakin berdaulat, setidaknya di
dalam memilih pemimpinnya. Namun, dibalik kebanggaan itu, ternyata juga
menyimpan persoalan yang sebenarnya sangat memprihatinkan, yaitu bahwa saling
tuduh menuduh, serang menyerang, dan jatuh menjatuhklan dianggap hal biasa.
Dalam komunitas apapun, para
pemimpin tidak boleh menjadi sumber kegelisahan rakyatnya. Sekalipun cita-cita
kemakmuran belum dapat diraih sepenuhnya, tetapi rasa aman, damai, dan tenteram
seharusnya dapat dipenuhi. Kemakmuran penting, tetapi kedamaian jauh lebih
penting dari segalanya. Bahkan kemakmuran boleh diabaikan jika hanya
mendatangkan pertikaian.
Banyak keluarga dan atau
bahkan komunitas ketika berhasil meraih kemakmuran justru menjadi konflik, saling
menjatuhkan, dan menyerang untuk memperebutkan hasil kemakmurannya itu. Suasana
aman, damai, selamat, sebenarnya jauh lebih penting dibanding hanya sekedar
makmur. Oleh karena itu, seseorang jika bertemu bukan menanyakan kemakmurannya,
melainkan keselamatannya. Selamat atau damai lebih penting dibanding makmur.
Demokrasi sebenarnya
dimaksudkan adalah agar terjadi keselamatan dan kedamaian bagi seluruh rakyat.
Melalui demokrasi diharapkan agar tidak ada orang atau sekelompok orang yang
merasa ditinggalkan, dan apalagi didiskriminasi atau diperlakukan secara tidak
adil. Itulah sebabnya, siapapun sepanjang memiliki hak-hak sebagai warga negara
dihormati dengan cara diikutkan berpartisipasi, di antaranya, memilih siapa
yang dikehendaki menjadi pemimpinnya.
Demokrasi dipandang sebagai
pilihan terbaik, hendaknya tidak membawa dampak buruk, yaitu terjadi saling
jatuh menjatuhkan, rasa dendam, perpecahan, saling serang menyerang, konflik,
dan sejenisnya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. Munculnya istilah
saling mengkriminalkan pada akhir-akhir ini adalah bisa jadi berawal dan atau
bahkan sebagai akibat dari perebutan kekuasaan, pengaruh, dan semacamnya itu.
Masyarakat selalu
menginginkan agar para pemimpin selalu menjadi contoh, mengayomi, memberikan
rasa aman, dan ketenteraman bagi rakyat yang dipimpinnya. Seseorang dan atau
sekelompok orang akan dipercaya berhasil menunaikan tugas dan atau amanah itu
bilamana yang bersangkutan menjalankan dan mengalaminya sendiri. Tidak akan
mungkin bagi siapapun yang sehari-hari hidupnya terancam, dan apalagi terlibat
konflik mampu menciptakan kedamaian dan rasa aman bagi orang lain dan apalagi
masyarakat yang berjumlah banyak.
Oleh karena itu, kemungkinan
terjadinya suasana konflik dan atau apa saja namanya yang melibatkan para elite
seharusnya dihindari dan apalagi yang bersifat terbuka. Tuduh menuduh, saling
merendahkan, menyalahkan orang lain dan lebih-lebih mengkriminalkan, semua itu
sebenarnya adalah hal yang membahayakan bagi kehidupan bersama. Fungsi dan peran
para elite, pada masyarakat modern sekalipun, bukan sebatas membagi dan
mengatur sumber-sumber potensi dan kekayaan untuk kehidupan bersama, melainkan
sekaligus adalah memberikan tauladan, contoh, rasa aman, dan kedamaian.
Sehari-hari para elite menyebut
dan menyeru tentang betapa pentingnya kerukunan dan kedamaian. Seruan itu
menjadi relevan manakala para elite sendiri terlebih dahulu dapat mewujudkannya
sendiri. Saling tuduh menuduh, menganggap orang lain salah, dan memandang
dirinya sendiri yang benar adalah sikap yang membahayakan. Sikap yang demikian
itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah, oleh karena akan diikuti oleh rasa
dendam dan saling membalas. Oleh karena itu, bagi siapapun yang merasa sedang
menjadi elite bangsa, dituntut agar mampu melahirkan rasa aman, damai, selamat,
dan bukan sebaliknya, yaitu suasana gaduh dan gelisah, misalnya. Wallahu a'lam.
red.
dwi nur ainiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar