Berbahasa adalah keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri oleh siapa
pun. Tanpa bahasa tidak akan ada sebuah komunikasi yang terikat dalam
sosial kehidupan. Oleh karenanya bahasa merupakan urgensitas utama yang
harus dikedepankan melihat dari posisi inilah al-Qur’an yang memiliki
subtansi sebagai Kalam Tuhan diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab
karena mustahil untuk mengungkapkan bahasa yang tidak berhuruf dan
bersuara itu kepada manusia tanpa pelantara seorang Rasul yang berasal
dari tanah Arab dan tentunya berbahasa Arab.
Kita hidup di negara majemuk seperti Indonesia ini sangat banyak
memiliki ragam bahasa dan dialek. mulai dari dialek Melayu, Sunda, Batak
dll. Adalah salah satu bukti bahwa bahasa adalah alat utama yang
digunakan untuk menunjukan identitas suatu daerah, suku, dan bangsa.
Bahasa Indonesia yang kita gunakan telah mengalami banyak fase
perubahan dan penyempurnaan dalam perjalananya sebagai bahasa resmi
negara. Jauh sebelum itu ––sebelum Indonesia terbentuk–– Indonesia masih
berupa bagian-bagian kecil yang tunduk dibawah hegemoni
kerajaan-kerajaan besar seperti kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan
Samudra Pasai yang terhimpun dalam sebuah rumpun georafis bernama
Nusantara. Setelah para pemuda-pemuda perwakilan dari berbagai daerah
(Young Java, Young Ambon, Young Sumatra, dll) mengikrarkan diri sebagai
putra-putri Indonesia yang berbahasa satu yakni bahasa Indonesia. dari
sinilah sumpah pemuda muncul sebagai bentuk rasa cinta kepada tanah air
dan nasionalisme dengan merealisasikannya kedalam bahasa persatuan.
Coba kita bayangkan, jika tidak ada bahasa Indonesia mungkin ketika
berkomunikasi kita akan mengalami kesulitan jika melihat latar belakang
bangsa indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan etnis. Contoh
kecilnya seperti ketika ada orang Jawa yang hendak berdagang ke Sumatra
barat atau orang Melayu dengan orang Bugis mereka semua tidak akan
mungkin menjalin interaksi sosial dengan menggunakan bahasa suku mereka
sendiri, bisa berabe.
Tidak mungkin orang Jawa dapat paham dengan kalimat onde-mande yang diucapkan oleh orang Minang atau kalimat rancak-bana kata orang Batak kecuali bahasa Jawa sendiri.
Marilah kita budayakan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia karena selain bhakti kita kepada negara sebagai wujud hubbul watan,
juga menjalankan perintah dari pengurus Pondok Pesantren Sidogiri yang
tertera dalam buku saku agar kita menjadi santri yang benar-benar
melestarikan bahasa bangsanya sendiri dan tidak sampai kita menjadi
generasi ‘micin’ yang tidak tahu akan tutur kata bangsanya yang penuh
dengan sejarah dan konspirasi para pendiri negara ini.
Sumber : Mirza/MadingMaktabati
SEARCH
LATEST
3-latest-65px
HMJ PBA UIN Maliki Malang. Diberdayakan oleh Blogger.
Translate
Archive
- November (2)
- Oktober (4)
- September (3)
- Agustus (2)
- Juli (3)
- Juni (1)
- Mei (1)
- April (2)
- November (2)
- Oktober (1)
- September (3)
- Agustus (3)
- Juni (1)
- November (6)
- Oktober (1)
- September (5)
- Agustus (1)
- Juli (1)
- November (7)
- Oktober (7)
- September (7)
- Agustus (10)
- Juli (6)
- Juni (1)
- Januari (1)
- Desember (2)
- November (4)
- Oktober (10)
- September (10)
- Agustus (1)
- Juni (2)
- April (1)
- Desember (5)
- November (7)
- Oktober (43)
- September (34)
- Oktober (3)
- September (9)
- Juni (2)
- September (2)
- Agustus (2)
- Juni (7)
- Mei (1)
- Desember (1)
- Mei (1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar