Hidup Itu Jangan Spaneng..!!! Tuhan Maha Asyik.



Hikmah ini menggambarkan sebuah sekanario hebat dari awal hingga akhir, dunia adalah tempat, allah untuk menguji hambanya namun hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan besar mengapa..? di balik hari hari bahagia selalu ada nestapa..? mengapa kenikmatan muncul sehabis adanya cobaan..? tentunya ada hikmah di balik itu, dan hikamah itu yang akan kami uraikan menurut pendapat ibnu atho’illah yang mengarang kitab al hikam.
Setidakanya hikmah dibalik silih bergantinya nikmat dan cobaan di dunia ini  bermuara pada dua hal. Masing masing dari keduanya akan di jelaskan degang sejelas jelasnya dari uraian kalam yang indah ibnu atho’illah. mengatakan Adapun yang pertama, allah ingin menciptakan dunia sebagai medan juang dan cobaan, untuk memfilter atau menyaring dari hamba hambanya. Kedua dunia ini tak lebih dari loncatan  untuk meraih tahapan kehidupan berikutnya. Selayaknya tempat singgah, setelah itu mereka yang telah beranjak dari persinggahan dan akan berpindah ke akhirat. mereka akan mempertanggung jawabkan atas perbutannya, Perbutan baik akan di balas dengan kebaikan dan perbuatan yang tidak baik juga dibalas dengan perbuatan yang setimpal.
Dalam hakikat yang pertama, tujuan allah ingin menguji hambanya dengan berbagai coabaan adalah untuk menyadarkan diri, bahwa diri ini hanyalah hamba yang lemah yang tidak meliki daya upanya dalam berbuat. Dan allah swt sebagai raja (al malik)  bagaimana memahami bahwasanya kesadaran itu..? yakni memahami betul bahwasanya allahlah yang menciptakan hamba (abdun)  dan kehendak ilahi di sisi lain allah memberi peluang amal dengan cara ikhtiyari. Dengan di ciptakanya hamba, manusia tidak bisa menolak karana itu adalah kehendak allah swt, kendati demikian allah swt tidak membatasi ruang gerak hamba untuk beramal menurut ikhtiyarnya. Nah, amal yang sesuai ikhtiyar dengan kata lain taklif yang allah bebankan kepada manusia tersebut.

Taklif tersebut sekaligus medan uji coba bagi seorang hamba, sudahkah ia berikhtiyar dengan baik dalam usaha, dalam menjalankan tugas sebagai khalifah allah di muka bumi...? tentu selayaknya sebuah ujian, maka tidak lepas dengan namanya rintangan, cobaan dan tidak lain yang tidak ia inginkan, jika seorang hamba mengira hidup di dunia ini sebuah kenikmatan saja tanpa adanya cobaan, kebahagian tanpa kesedihan maka degan apa ia akan mewujudkan ketaatan atas perintah allah...? pantaskah ia mengaku telah beribadah atau menghamba kepada allah swt dengan baik, sedangkan semua sudah di balas dengan kenikmatan kenikatan yang tiada taranya di banding degan ibadah kita.
Kemudian dalam hakikat kedua perlu di bangun kesadaran bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sebentar saja, kehidupan di dunia amat sangat terbatas karna merupakan tempat persinggahan, kehidupan di dunia ini tak lain dan tak bukan hanyalah loncatan untuk memasuki kehidupan selanjutnya yakni di akhirat.  Sebuah keyataan yang tidak bisa di mungkiri adalah hkmah di mana dunia dibuatkannya arena ujian dan cobaan . bahwa cobaan yang datang silih berganti hanyalah sebagai pengingat cobaan itu,untuk mengingatkan kepada sebuah penderitaan, musibah, sakit, dan ketidak nyamanan hanyalah sebentar. Jika dunia ini adalah sebuah tempat persinggahan maka pandangan dalam benak hamba hanyalah main main saja dan cobaan cobaan itu relative singkat. Seadainya kehidupan di dunia ini tidak ada rintangan sedikitpun yang ada hanyalah kenikmatan yang terus menerus, maka kehidupan hamba akan betah di dunia ini sampai tua, semakin hari semakin menikmati alur kenikmatan hidup, dan ketika ajal datang menjemput maka hanyalah ketidak siapan seoarang hamba.  
Mari kita lihat perbedaan orang mukmin dan orang kafir tentang cara pandang mereka terhadap dunia, orang mukmin memandang dunia ini sesuai rel yang sudah di tentukan yaitu assunnah dan al kitab. Dunia adalah rumah duka bagi oaring mukmin. tempat fitnah dan hura hura saja, tetapi sejatinya seorang mukmin menajali realita hidup ini dengan sabar, sebagaimana ia menyikapi rasa syukur atas nikmat yang allah berikan, karna mereka percaya dan yakin terhadap al qur’an dan assunnah begitupun sebaliknya pandangan orang kafir atas kehidupan di dunia, dunia hanyalah tempat kenikmatan yang tiada taranya sehingga symbol dari oaring kafir hanyalah menumpuk harta di dunia dengan alasan takut tidak bahagia selama hidup ini.
hal tak kalah penting untuk di selaraskan adalah pemahaman bahwa kebagaian itu tidak bisa di ukur dengan banyaknya kenikmatan yang diraih, sebagaimana kesengsaraan juga tidak bisa di ukur dengan seberapa banyak musibah yang menimpanya, kaya miskin dan sukses gagal bukanlah rumus yang utama dan bukan yang harus di awalakan, justru banyak orang kaya raya cerdas, pintar, hebat, bahkan setempuk gelar pada dirinya, tetapi walhasil hidupnya tidak pernah ada yang namanya tentram dan bahagia, hatinya kering dan jiwanya resah dan gelisah,
disisi lain kita melihat betapa banyak mereka yang tampak secara lahir tidak memiliki apa apa, tetapi hidupnya tidak lebih dari cukup, orangnya tidak terkenal dengan kecerdsannya bahkan kehebatannya tidak tampak dari dirinya tetapi hidupnya tenang, tentram tanpa adanya kegelisan yang merundungnya kenapa bisa demikian..? karena kebagaian tidak bisa di ukur dengan kehidupan di dunia karana kebagiann itu ranah hati, aspek luar hanyalah sebuah ilusi dan perspektif yang berbeda beda, sebagaimana dawuh dari al maghfurllah kh.hasani nawawi saya malihat dan membaca al qur’an di awal hingga akhir  tidak menemukan perintah untuk hidup di dunia dengan kemewahan. jendral_Pba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar