Bagi ummat islam, kisah cinta yang tak kalah indah adalah kisah cinta Rosululloh Saw dan Khodijah Al kubra. Bukan hal mudah menjadi pasangan dari seorang rosul, maka kehadiran Khodijah Al kubra di tengah perjuangan Rosululloh Saw tentu sepesial. Di bandingkan kepada istri istri yang lain, rasa cinta Rosululloh Saw terhadap Khodijah Al kubra sangat amat besar, saat menikahi Khodijah Al kubra, Rosululloh Saw tidak melakukan poligami. Bahkan setelah meninggal, Rosululloh Saw masing sering membicarakan mendiang istrinya. Sebuah cinta yang amat besar.
Sudah tidak menjadi rahasia umum
bahwa Khodijah Al kubra adalah seorang wirausaha atau saudagar sukses dan kaya
raya. Tidak banyak wanita yang mandiri di masa itu, apalagi menjadi seorang
saudagar sukses. Begitu juga Khodijah Al kubra adalah sebagai wanita cantik dan
banyak pria kaya yang ingin melamar dan mempersungting, beberapa pelamar itu
berasal dari keluarga bangsawan bersedia membayar maskawin berapapun yang di
inginkan Khodijah Al kubra. Tetapi wanita yang mulia menolak semua lamaran yang
datang secara halus, karna Khodijah Al kubra menilai harta bukanla satu satunya
penelian dalam memilih pasangan hidup.
Bahkahn di kisahkan, bahwa Khodijah
Al kubra yang terlebih dahulu menyatakan keinginnanya untuk menikah dengan
lelaki pilihannya, yaitu baginda Rosululloh Saw. Disbandingkan pria yang kaya
raya yang melamar Khodijah Al kubra, kekayaan harta Rosululloh Saw saat
menikahi Khodijah Al kubra tidaklah besar atau banyak, Khodijah Al kubra memilih
pria bukan lantaran gelimang harta dan kekyaan. Khodijah Al kubra memilih Rosululloh
Saw lantaran akhlak mulia yang dimilikinya.
Melalui sahabatnya, Khodijah Al
kubra menyampaikan keinginnan itu. Hal ini menjadi sebuah jalan bagi wanita
tidak malu atau takut mengutarakan keinginan hatinya menikah dengan seorang
pria baik akhlak budi pekertinya. Menikah adalah tujuan mulia, jadi tidak perlu
malu untuk sebuah tujuan mulia yang suci, karna Allah Swt, pasti punya jawaban
terbaik untuk menjawab jodoh seorang wanita.
Suatu ketika Rosulluloh Saw, Pulang
dalam keadaan sangat letih dari medan dakwah. Ketika hendak masuk rumah, Khodijah
Al kubra biasanya menyambut beliau berdiri di depan pintu. Ketika Khodijah Al
kubra hendak berdiri menyambut suami tercinta, Rosulluloh Saw, berkata: ‘’Wahai
Khodijah Al kubra tetaplah di tempatmu.’’ Saat itu Khodijah Al kubra sedang
menyusui anaknya Fatimah yang masih bayi. Rosulluloh Saw, faham dengan kesetian
Khodijah Al kubra, Rosulluloh Saw, takjub dengan Khodijah Al kubra tentang
pengorbanan dalam rumah tangganya, meskipun dalam kelelahan dalam menjaga
tanggung jawabnya sebagi istri Khodijah Al kubra masih sanggup menyambut
suaminya dalam keadaan lelah dari medan dakwah, Khodijah Al kubra masih sempat
menunjukkan kesetiaannya kepada suami walau sederhana bahkan seluruh harta
bendanya di berikan kepada Rosulluloh Saw, demi perjuangan islam dan bahkan
lebih dari itu, jiwa dan raganya diperuntukkan untuk islam.
Tak jarang Khodijah Al kubra menahan
lapar sambil menyusui anaknya Fatimah Ra, sehingga yang keluar bukan air susu
lagi tapi darah yang keluar dan masuk kedalam mulut Fatimah. Melihat Khodijah
Al kubra letih menyusui anaknya, Rosulluloh Saw, mengambil Fatimah dan
diletakkan di tempat tidurnya. Gantilah Rosulluloh Saw, berbaring dipangkuan
sang istri karena Rosulluloh Saw, begitu lelah dan letih dari perjalanan dakwah
Islamiyah, beliaupun tertidur pulas dipangkuan sang istri.
Ketika itulah Khodijah Al kubra dengan
kasih sayang membelai rambut beliau. Tak terasa air mata Khodijah Al kubra menetes
mengenai pipi Rosulluloh Saw,. Rosulluloh Saw,pun terbangun dari tidurnya, lalu
berkata ‘’Wahai Khodijah Al kubra Al kubra Al kubra, kenapa engkau menangis ?
adakah engkau menyesal bersuami denganku, Muhammad ?. Dahulu engkau wanita
bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan, tetapi hari engkau telah dihina
orang, semua orang sekarang menjauhi dirimu, seluruh hartamu habis. Adakah
engkau menyesal bersuami denganku, Muhammad ?.
Khodijah Al kubra berkata, ‘’Wahai
suamiku, Wahai Rosulluloh Saw, Allah Swt, bukan itu yang aku tangiskan. Dulu
aku memiliki kemulian, kemulian itu aku serahkan kepada Allah dan Rosul-Nya.
Dahulu aku memiliki kebangsawanan, kebangsawanan itupun aku serahkan kepada
Allah dan Rosul-nya, seluruh harta kekayaanku aku serahkan kepada Allah dan
Rosul-nya. Wahai Rosullulloh, sekarang ini aku tidak memiliki apa apalagi.
Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini.’’
‘’Wahai Rosulluloh Saw, seandainya
aku telah mati sedangkan perjuanganmu ini belum selesai, kemudian engkau hendak
menyebrangi lautan ataupun sungai dan engkau tidak menemukan satupun perahu
ataupun jembatan , maka engkau gali lubang kuburku, kemudian engkau ambil
tulang belulangku, engkau jadikan jembatan sebagai jalan menyebrangi lautan
ataupun sungai itu untuk menemui ummatmu. Ingatkan mereka perkara yang Haq ajarkan
mereaka syari’at islam, wahai Rosululloh Saw.
Mendengar penjelasan itu Rosulluloh
Saw,, menangis betapa besar perjuangan dan pengorbanan Khodijah Al kubra untuk
Allah dan Rosul-Nya dalam memperjuangkan agama islam. Sampai sampai dalam
keadaan wafatpun, ia masih ingin berjuang untuk islam. Sehingga wajar Rosulluloh
Saw, sering sering menyebut Istrinya yang satu ini walaupun sudah lama
meninggal, sehingga menjadikan istri-istri beliau yang lain cemburu kepadanya,Khodijah
Al kubra.
Kisah lain, di sepanjang hidup
bersama Rosulluloh Saw,. Khodijah Al kubra begitu setia meyertai baginda Rosulluloh
Saw,, dalam setiap peristiwa suka dan duka. Di saat Rosulluloh Saw, akan
menerima wahyu pertamanya dari Allah Swt, setiap kali suaminya pergi kegua
hira’ beliau pasti menyiapkan semua bekalnya keperluanya. Seandainya Rosulluloh
Saw, agak lama tidak pulang, beliau meninjau memastikan keselamatan baginda.
Sekiranya baginda khusuk bermunujat, beliau tinggal di rumah dengan sabar
sehingga baginda Rosulluloh Saw, pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan
serta berada dalam gelisah, beliau mencoba sebisa mungkin untuk menentramkan
dan menghibur Rosulluloh Saw, sehingga suaminya benar benar merasa tenang.
Setiap ancaman dan penganiayaan di hadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan
ibadah Rosulluloh Saw,, Khodijah Al kubra pasti bersama dan membantu baginda
seperti menyediakan air untuk mengambil wudu.
Kecintaan Khodijah Al Kubra bukanlah
sekedar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan
keyakinan yang kuat tetang keesaan Allah Swt. Segala pengorbanan untuk sauminya
adalah ikhlas untuk mencari Ridho Allah Swt. Setiap amalan yang dilaksankan dengan
penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang kekal, “barang siapa yang
mengerjakan amal sholih, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan”.(An-Nur:97).
Janji Allah Swt pasti benar, kesan
kesetian Khodijah Al Kubra bukan sekedar menghasilkan kekuatan yang mendorong
kegigihan dan perjuangan Rosululloh Saw, malah membawa berkah yang besar kepada
rumah tangga mereka berdua. Anak anak yang lahir juga adalah anak anak yang
sholihah. Insan yang senantiasa taat melaksanakan perintah Allah Swt.
Semua ini juga menghasilkan kekuatan
yang membantu meningkatkan perjuangan islam. Wahai muslimah, sekarang adalah
masa untuk kita hidup kembali hakikat ini dalam kehidupan kita. Semoga kekutan
islam akan kembali menghiasi kehidupan ummat ini. Semogalah. Amien (jendral_pba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar