Oleh : Ahmad Mirza Wildan Abrar.
Ketika lantunan syair ruhani membahana di langit jiwa, tak ada keindahan yang mengucilkannya. Tak ada duka cita yang dapat merengguhnya. Semua berlari mendekat dan memeluk hangat bersama cinta yang murni. Seolah-olah ada kebeningan dan juga kesejukan air di tengah gurun yang gersang. Membangkitkan gairah yang terbungkus dalam penantian panjang harapan. Menyentuh halus penuh kasih sayang cinta, kepada seorang yang ditakdirkan dalam kuasa-Nya.
Aku pun tak menafikkan itu, saat cahaya Syurga telah menerobos relung hati. Binar-binar gemerlap bintang yang bergelayut indah dalam keheningan, turut pula hadir menemani masa-masa dalam hariku. Mengajakku untuk senantiasa bersabar dalam menjalani arti kehidupan. Merayuku untuk terus ikhlas dalam menerima kehendak-Nya di perjalanan. Dan merangkul erat diriku dalam tawakkal, sebagai puncak pencapaian akhlak diri.
Kini tabir rahasia yang terangkul dalam rentan waktu, telah terkuak nyata di keharibaan cinta yang suci. Menari indah dalam mahligai suka cita kebersamaan, yang tak seorangpun kuasa menentukannya. Hanya rasa syukur yang bisa terucapkan, sebab siapakah diri ini bila dihadapan Sang Maha Pencipta? Kecuali hanya sebagai hamba yang fana dan penuh kekhilafan diri.
Ungkapan-ungkapan mesra penggoda kesabaran telah beriring dalam masa lalu ku. Sungguh sesalku mengapa sedikit darinya aku terlena. Bahkan mulai larut dalam bayangan yang semu dan tidak membuatku bahagia secara nyata. Akal dan pikiranku beterbangan tak tentu arah, hingga batas yang jelas. Batin pun ikut bergentayangan dalam kesia-siaan yang sunyi dan menyungkur hina penuh sesal.
Oh… terimakasih tulus kunyatakan pada waktuku kini. Dan bersama kesendirian yang tenang, telah kutemukan keheningan dalam bait kata imaji. Larutku bersama indah syair ruhani. Tak tergambarkan saat di keramaian dunia. Sebab cinta telah merasuk di dalam hati.
Kini arahku telah jelas di depan. Peranku telah lurus dalam kehidupan ini. Sebab inilah satu hal yang aku sendiri tidak kuasa menghidarinya. Semuanya merupakan pergerakan kehidupan yang aku sendiri tidak bisa lari darinya, melainkan tetap berjalan di atas rel yang telah ditentukan-Nya. Begitu pun semuanya akan tetap melangkah kedepan, hingga nada-nada cinta dalam kehidupan yang teratur telah menebar di seantero jagat raya. Menjadikan tanah pertiwi sebagai kiblat peradaban dan cerminan perilaku diri yang fitrah.
Sungguh, membiarkan cinta tak terungkap adalah jalan tercepat menuju duka yang berkepanjangan. Lantas mengapa engkau tak menyadarinya bersama detik-detik waktumu? Mengapa engkau memilih sembunyi di balik tirai yang tipis? Sedangkan ada kemuliaan cinta yang sedia memelukmu penuh kemesraaan. Untuk itulah, aku menyapamu dalam cinta yang tak menandingi cintaku pada-Nya. Aku mencintaimu karena sujudmu pada Tuhanku. Hidupku terhibur, lantaran makna kita bertemu. Dan ketika kita bersama, maka derap langkahku akan terhenti. Bagaikan melodi merdu kidung Syurgawi, telah kutemukan cinta yang indah laksana anggun sang bidadari. Dan itu hanya dirimu yang akan terus mengisi penuh hati dan jiwaku.
Ruang lingkup yang redup, sudah saatnya untuk bergerak ke sudut yang jauh lebih terang dan bercahaya. Kini, tiada pilihan selain menjadikan wahyu Illahi sebagai dasar setiap tingkah laku. Menjadikan Sunnah sebagai tolak ukur kepribadian. Dan aku membutuhkan dirimu untuk menemani tahap-tahap yang terlalui kedepan. Karena telah kudapatkan cantik indah dirimu, laksana anggun sang bidadari.
Ketika lantunan syair ruhani membahana di langit jiwa, tak ada keindahan yang mengucilkannya. Tak ada duka cita yang dapat merengguhnya. Semua berlari mendekat dan memeluk hangat bersama cinta yang murni. Seolah-olah ada kebeningan dan juga kesejukan air di tengah gurun yang gersang. Membangkitkan gairah yang terbungkus dalam penantian panjang harapan. Menyentuh halus penuh kasih sayang cinta, kepada seorang yang ditakdirkan dalam kuasa-Nya.
Aku pun tak menafikkan itu, saat cahaya Syurga telah menerobos relung hati. Binar-binar gemerlap bintang yang bergelayut indah dalam keheningan, turut pula hadir menemani masa-masa dalam hariku. Mengajakku untuk senantiasa bersabar dalam menjalani arti kehidupan. Merayuku untuk terus ikhlas dalam menerima kehendak-Nya di perjalanan. Dan merangkul erat diriku dalam tawakkal, sebagai puncak pencapaian akhlak diri.
Kini tabir rahasia yang terangkul dalam rentan waktu, telah terkuak nyata di keharibaan cinta yang suci. Menari indah dalam mahligai suka cita kebersamaan, yang tak seorangpun kuasa menentukannya. Hanya rasa syukur yang bisa terucapkan, sebab siapakah diri ini bila dihadapan Sang Maha Pencipta? Kecuali hanya sebagai hamba yang fana dan penuh kekhilafan diri.
Ungkapan-ungkapan mesra penggoda kesabaran telah beriring dalam masa lalu ku. Sungguh sesalku mengapa sedikit darinya aku terlena. Bahkan mulai larut dalam bayangan yang semu dan tidak membuatku bahagia secara nyata. Akal dan pikiranku beterbangan tak tentu arah, hingga batas yang jelas. Batin pun ikut bergentayangan dalam kesia-siaan yang sunyi dan menyungkur hina penuh sesal.
Oh… terimakasih tulus kunyatakan pada waktuku kini. Dan bersama kesendirian yang tenang, telah kutemukan keheningan dalam bait kata imaji. Larutku bersama indah syair ruhani. Tak tergambarkan saat di keramaian dunia. Sebab cinta telah merasuk di dalam hati.
Kini arahku telah jelas di depan. Peranku telah lurus dalam kehidupan ini. Sebab inilah satu hal yang aku sendiri tidak kuasa menghidarinya. Semuanya merupakan pergerakan kehidupan yang aku sendiri tidak bisa lari darinya, melainkan tetap berjalan di atas rel yang telah ditentukan-Nya. Begitu pun semuanya akan tetap melangkah kedepan, hingga nada-nada cinta dalam kehidupan yang teratur telah menebar di seantero jagat raya. Menjadikan tanah pertiwi sebagai kiblat peradaban dan cerminan perilaku diri yang fitrah.
Sungguh, membiarkan cinta tak terungkap adalah jalan tercepat menuju duka yang berkepanjangan. Lantas mengapa engkau tak menyadarinya bersama detik-detik waktumu? Mengapa engkau memilih sembunyi di balik tirai yang tipis? Sedangkan ada kemuliaan cinta yang sedia memelukmu penuh kemesraaan. Untuk itulah, aku menyapamu dalam cinta yang tak menandingi cintaku pada-Nya. Aku mencintaimu karena sujudmu pada Tuhanku. Hidupku terhibur, lantaran makna kita bertemu. Dan ketika kita bersama, maka derap langkahku akan terhenti. Bagaikan melodi merdu kidung Syurgawi, telah kutemukan cinta yang indah laksana anggun sang bidadari. Dan itu hanya dirimu yang akan terus mengisi penuh hati dan jiwaku.
Ruang lingkup yang redup, sudah saatnya untuk bergerak ke sudut yang jauh lebih terang dan bercahaya. Kini, tiada pilihan selain menjadikan wahyu Illahi sebagai dasar setiap tingkah laku. Menjadikan Sunnah sebagai tolak ukur kepribadian. Dan aku membutuhkan dirimu untuk menemani tahap-tahap yang terlalui kedepan. Karena telah kudapatkan cantik indah dirimu, laksana anggun sang bidadari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar