Oleh : Ahmad Mirza Wildan Abrar.
Karena baginya wanita adalah petaka, seorang jomblo nekat bersumpah untuk tidak akan menikah sampai meminta pendapat, nasihat, dan saran dari seratus orang.
Karena baginya wanita adalah petaka, seorang jomblo nekat bersumpah untuk tidak akan menikah sampai meminta pendapat, nasihat, dan saran dari seratus orang.
Sudah
99 orang yang ia pintai pandangannya. Tinggal satu orang lagi untuk
menggenapinya 100. Sumpahnya, orang ke-seratus yang akan ia mintai
pendapatnya itu adalah orang yang pertama kali bertemu dengannya besok
pagi. Sial! Orang pertama yang ia temui keesokan paginya ternyata adalah
orang -yang menurut tampilannya- gila. Apa boleh buat, demi memenuhi
sumpahnya, si mblo terpaksa mengajaknya bicara.
“Bang, bagiku Wanita adalah petaka. Dan karenanya, aku bersumpah untuk tidak akan menikah sampai meminta saran dari 100 orang. Nah, engkau adalah orang keseratus. Bagaimana menurutmu?”
Orang gila
itu menjawab: “Wanita itu ada tiga macam,” jawab orang gila itu
diplomatis, tak sesial yang dikira. “(1) Wanita yang menyenangkanmu, (2)
wanita yang menyusahkanmu dan (3) wanita yang tidak menyenangkan dan
tidak pula menyusahkanmu. Wanita yang menyenangkanmu adalah gadis yang
belum punya mantan. Wanita yang menyusahkanmu adalah janda beranak yang
menggerogoti hartamu untuk diberikan kepada anak-anaknya.
Sementara,
wanita yang tidak menyenangkan dan tidak pula menyusahkanmu adalah janda
kembang yang bila melihat kebaikan padamu ia berujar, “memang begitu
semestinya”. Namun bila melihat keburukan ia merindukan mantan
(suami)nya tapi tidak jahat padamu.”
Si mblo takjub. Tak percaya lawan bicaranya gila, ia bertanya, “Sebenarnya, mengapa kau jadi gila begini?”
“Hmm..
Aku adalah seorang ahli agama, fakih. Aku dicalonkan jadi hakim pemutus
perkara. Namun, aku takkan bisa membuat Allah rida dengan apa yang
kuputuskan bila aku membuat orang-orang itu senang. Karenanya, aku
memilih gila. Aku pun selamat.”
*Kisah ini diterjemahkan dan dinarasikan dari kitab uqula' min majnin karya Abu al-Qasim al-Naisabūrī.
*Kisah ini diterjemahkan dan dinarasikan dari kitab uqula' min majnin karya Abu al-Qasim al-Naisabūrī.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar