Penulis : Muhammad Allif
Sejak 2015, 22 Oktober
diresmikan menjadi Hari Santri Nasional. Ini adalah hari rayanya para santri.
Kata pesantren secara bahasa berakar kata “santri” itu sendiri, menurut Suganda
Purwakawarja. Karena pesantren berasal dari kata “santri”, yang diberi awalan
“pe” dan akhiran “an” sehingga pengertiannya adalah tempat bermukim dan
belajarnya para santri. Jumlah santri di seluruh Indonesia menurut kementerian
agama adalah 1,4 juta. Angka yang fantastik untuk golongan orang yang berilmu,
apalagi berilmu agama. Sehingga ini memiliki potensi yang sangat besar, maka
sudah tepat jika potensi ini dihargai salah satunya dengan dianugerahi satu
hari untuk mereka, mengenang jasa-jasanya dan menghormati posisinya dalam
nilai-nilai kebangsaan kita.
Santri itu sendiri, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia paling tidak memiliki dua makna. Yang pertama,
adalah orang yang menuntut ilmu agama dan yang kedua adalah orang yang
beribadah guna menjadi orang sholih. Ada pembagian makna dari dua pengertian
tersebut dalam dua aspek. Yang pertama adalah seorang yang berilmu dalam Islam
ia dituntut untuk mengamalkan ilmunya hingga menjadi orang sholih, dan yang
kedua secara historisitas atau kesejarahan, para santri awalnya adalah
orang-orang yang melakoni jalan spiritualitas
atau sufistik, yang kemudian berada dalam institute tarekat yang
dibangun oleh para walisongo dimana awalnya dilakukan oleh Sunan Ampel dan
melahirkan santri pertama yang bernama Sunan Giri, kemudian berkembang menjadi
lembaga pendidikan.
Menurut M. Habib Mustopo,
istilah “santri” diambil dari salah satu kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu sastri yang artinya “melek huruf” atau
bisa “membaca”. Versi ini terhubung dengan pendapat C. C. Berg yang menyebut
istilah “santri” berasal dari kata shastri
yang dalam bahasa India berarti
“orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu”. Sansekerta merupakan
bahasa liturgis dalam agama Hindu, Buddha, dan ajaran Jainisme, serta salah
satu dari 23 bahasa resmi di India. Sansekerta pernah digunakan di Nusantara
pada masa Hindu dan Buddha yang berlangsung sejak abad ke-2 Masehi hingga
menjelang abad ke-16 seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Ada pula yang mengaitkan
asal usul istilah “santri” dengan kata-kata dalam bahasa Inggris, yaitu sun (matahari) dan three (tiga), menjadi tiga matahari. Maksud tiga matahari itu
adalah tiga keharusan yang harus dimiliki oleh seorang santri, yaitu Iman,
Islam, dan Ihsan. KH. Mustofa Bisri atau yang biasa disapa Gus Mus memberi
pandangan bahwa “Santri bukan hanya yang mondok saja, tapi siapapun yang
berakhlak seperti santri, adalah santri”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar