Hari Pendidikan Nasional dan Realita Dunia Pendidikan


Hari pendidikan nasional adalah sebuah simbolik apresiasi dari adanya eksistensi sebuah proses berlangsungnya belajar mengajar di suatu negara. Pendidikan sendiri menurut Ki Hajar Dewantara adalah usaha pembudayaan yang bertujuan untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan juga dimaknai sebagai proses memanusiakan manusia, yang berarti mengangkat manusia ke taraf insani. Pendidikan bukan hanya tentang nilai di kertas, tapi tentang bagaimana kita membentuk karakter, membangun mimpi, dan menjadikan ilmu sebagai bekal hidup. Di dunia yang terus berubah, belajar tak berhenti di sekolah. Setiap tempat adalah ruang belajar. Setiap tantangan adalah guru kehidupan. Di balik slogan-slogan inspiratif dan pidato penuh semangat mengenai pendidikan, ternyata masih banyak tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, antara lain Masih ada anak-anak yang harus menempuh puluhan kilometer untuk sampai ke sekolah. Ada pula guru-guru yang berjuang di daerah terpencil dengan fasilitas yang masih jauh dari kata sempurna. Di kota-kota besar, para siswa juga menghadapi tekanan akademik tinggi, kadang tanpa sempat memahami esensi dari proses pembelajaran, karena beberapa faktor, diantaranya persaingan akreditasi sekolah yang begitu ketat, tuntutan dari orang tua dan sekolah, dan tekanan teman sebaya. Namun dari berbagai problematika tersebut, ternyata muncul respon positif dari presiden RI ke-8. Dikutip dari Kompas. com, melalui peluncuran Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 yang berfokus pada revitalisasi sarana dan prasarana madrasah, digitalisasi madrasah, dan pembangunan sekolah unggul. Beliau juga menegaskan akan komitmennya dalam memajukan pendidikan di Tanah Air. Dalam sambutannya, beliau mengatakan "Tidak mungkin kita menjadi negara sejahtera, tidak mungkin kita menjadi negara maju kalau pendidikan kita tidak baik, pendidikan kita tidak berhasil". Dari respon positif Presiden tersebut, tentu muncul harapan yang cerah pula bagi dunia pendidikan, tetapi kita tetap tidak bisa sepenuhnya berharap dan bergantung penuh pada program tersebut, karena indikator keberhasilan dari pendidikan meliputi pencapaian akademik siswa, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar, dan lingkungan belajar yang mendukung. Artinya keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada pihak pemerintah saja, tetapi juga pada pihak sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan media. Keterlibatan semua pihak ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan siswa baik secara karakter maupun kualitas akademik. Berdasarkan berbagai paparan diatas, dapat kita tarik benang merah bahwa, Hari Pendidikan Nasional menjadi simbol penghargaan terhadap pentingnya proses belajar mengajar. Pendidikan, menurut Ki Hajar Dewantara, adalah upaya membimbing potensi anak agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan tertinggi, serta memanusiakan manusia. Tantangan pendidikan di Indonesia masih nyata, mulai dari akses terbatas di daerah terpencil hingga tekanan akademik di kota besar. Namun, pemerintah menunjukkan respons positif melalui Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang berfokus pada revitalisasi dan digitalisasi madrasah serta pembangunan sekolah unggul. Meski begitu, keberhasilan pendidikan tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga memerlukan peran aktif dari semua elemen masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung secara menyeluruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar