Nama : Jendral Pba
تَطَا وَلَ هذَا اللَّيْلُ وَاسْوَدَّ جَانِبُه
وَطَالَ عَلَيَّ أَنْ لَا خَلِيْلَ أُلَاعِبُه
فَوَاللهِ لَوْلَا خَشْيَة اللهِ وَالحْيَا
لَحَرَكَ مِنْ هَذاالسَّرِيْرِ جَوَانِبُه
وَطَالَ عَلَيَّ أَنْ لَا خَلِيْلَ أُلَاعِبُه
فَوَاللهِ لَوْلَا خَشْيَة اللهِ وَالحْيَا
لَحَرَكَ مِنْ هَذاالسَّرِيْرِ جَوَانِبُه
Oh, mengapa malam ini begitu panjang
dan dikepung nuansa hitam kelam
Oh, betapa panjang sepiku
tanpa candaria bersama kekasih
Demi Tuhan, andai saja aku tak takut kepada-Nya
Dan tak punya rasa malu
Ranjang ini pasti akan bergerak-gerak
dan dikepung nuansa hitam kelam
Oh, betapa panjang sepiku
tanpa candaria bersama kekasih
Demi Tuhan, andai saja aku tak takut kepada-Nya
Dan tak punya rasa malu
Ranjang ini pasti akan bergerak-gerak
هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى الْخَمْـرِ فَأَشْرَبُهَـا؟
أَوْ هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى نَصْرِ بْنِ الْحَجَّاجِ
أَوْ هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى نَصْرِ بْنِ الْحَجَّاجِ
Adakah jalan menuju kedai minuman anggur
Agar aku bisa meminumnya
Atau adakah jalan menuju Nashr bin Hajjaj
Agar aku bisa menatap wajahnya lama-lama?
Setelah mendengar itu esok harinya Umar segera memanggil Nashr bin
Hajjaj. Begitu dia tiba di hadapannya, Umar melihat seorang laki-laki
tampan dan bersih dengan rambut hitam ikal yang memikat. Sorot matanya
begitu tajam. Umar segera memintanya memangkas semua rambut di
kepalanya. Begitu kepalanya tak lagi menyisakan rambut (gundul), Umar
melihat sisa ketampanannya yang masih tampak saja dan masih membuat kaum
perempuan tergila-gila dan ingin mimpi berhari-hari bersamanya. Umar
resah karena Hajjaj telah bikin heboh, bikin keresahan sosial. Ia
kemudian mengisolasi Hajjaj ke Basrah, Irak, dan membiarkan wajahnya
berangsur-angsur menjadi keriput di telan zaman dan tak lagi mampu
menggoda perempuan.Agar aku bisa meminumnya
Atau adakah jalan menuju Nashr bin Hajjaj
Agar aku bisa menatap wajahnya lama-lama?
Tetapi di negeri ini ternyata banyak perempuan yang juga tergila-gila padanya dan bikin heboh para perempuan. Abu Musa al Asyari, sang gubernur Basrah, kemudian mengusirnya ke Persia. Dan di negeri itu, dia masih juga digandrungi banyak perempuan. Utsman bin Abi al-Ash al-Tsaqafi, gubernur Persia itu, kemudian mengirim surat kepada Umar bin Khattab di Madinah, menceritakan si tampan yang membuat perempuan-perempuan resah dan tak bisa makan-minum-tidur itu. Dalam balasannya, Umar menyuruh sang gubernur membuat SK tentang larangan bagi Nashr bin Hajjaj keluar dari masjid. “Biarkan dia di masjid sampai meninggal”. Ketika pada akhirnya Umar wafat lebih dahulu, karena dibunuh Abu Lulu, Nashr masih segar-bugar-tampan dan kembali lagi ke Madinah.
Nah, lihatlah. Ternyata laki-laki juga menjadi makhluk penggoda yang bisa memprovokasi dan menimbulkan kekacauan masyarakat. Kehadiran Nashr bin al Hajjaj di tengah-tengah masyarakatnya ternyata mengganggu keamanan negara. Laki-laki itu menjadi sumber “fitnah kaum perempuan”.
Nah jika begitu, bagaimana jika laki-laki juga memakai “Niqab”, atau cadar agar tidak menciptakan “fitnah” kaum perempuan?.
Malang, 19 Oktober 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar