Kisi Kisi Ahlussunnah Wal Jamaah




 
Setiap paham yang berkembang mengklaim paling benar dan paling sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. Padahal, tidak semua paham yang diklaim sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. Ada banyak paham yang berkembang di Indonesia, mulai dari paham yang paling kiri samapi yang paling kanan. Oleh sebab itu, agar umat manusia tidak terjebak dan terjerumus pada sekte yang sesat dan menyesatkan yang hingga kini berkembang, mau tidak mau harus mengok terhadap tolak ukur yang dibangun Nabi Muhammad Saw, yaitu dengan mengikuti ajarannya (sunah) dan sunah khalifah ar-rasyidin yang diaplikasikan apik oleh ulama dalam naungan Ahlus Sunnah Waljamaah, yaitu sawadul a’dzam, pengikut mayoritas.



Oleh sebab itu, Ulama mengkonsep Ahlus Sunnah waljaamah adalah mereka yang ikut salah satu Madzhab empat yang kridebilitas dan validitas keilmuannya tak diragukan lagi, yaitu Imam Syafii, Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal, pengikut Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Abul Mansur al-Maturidi dibidang tauhid, serta bertasawuf dengan mengikuti konsep yang dikonstruksi oleh Imam Al-Junaid. Atau dalam kata lain, Islam yang Tawazun, Tawasuth  Tasamuh yang melahirkan nilai-nilai rahmatan lil alamiin.

Syaikh Abu al-Fadl ibnu Syaikh Abdus Syakur as-Senori dalam karya “Al-Kawakib al-Lamma’ah Fi Tahqiqi al-Musamma bi Ahli as-Sunnah wal al-Jama’ah menyebutkan definisi Ahlussunnah waljamaah sebagai kelompok atau golongan yang senantiasa komitmen mengikuti Sunnah Nabi SAW dan thariqah para sahabatnya dalam akidah, amaliah fisik (fiqh) dan akhlak bathin (tasawuf). Berdasarkan salah satu hadits yang artinya… “Dari Abdurrahman bin ‘Amr as-Sulami, sesungguhnya ia mendengar al-‘Ibadl bin Sariyah berkata: Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam menasehati kami: Kalian wajib berpegang teguh pada Sunnahku dan prilaku al-Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk“. HR Ahmad.

Berbeda belum tentu bercerai berai, perbedaan merupakan realitas yang menjadi rahmat bagi yang memahaminya, sehingga sering kita dengar bahwa perbedaan adalah rahmat bagi umat, sampai-sampai ada ulama pengikut Madzhab Imam Syafii menulis sebuah karya dengan nama kitab (buku) berjudul rahmatul ummah fi ikhtilafil aimmah) perbedaan imam-imam (ulama/mujtahid) merupakan kasih sayang Allah bagi umatnya.

Sebut saja, dalam fiqih hal yang dapat membersihkan (menyucikan) hadats atau najis adalah air atau debu menurut Imam Syafii. Sehingga selain debu dan air tidak bisa menyucikan. Tetapi Imam Abu Hanifah an-Nu’man justru berbeda pendapat, bahwa terik panas matahari bisa menyucikan najis.  MasyaAllah. Sehingga eksistensi dari perbedaan itu mengandung rahmat bagi umat manusia.

Contohnya, dikala bantal atau kasur yang kita tiduri bilamana terkena najis kencing karena dikencingi kucing atau anak-anak, masa’ iya kita akan menyucikannya dengan air atau debu?. Malah kalau kasur atau bantal disucikan dengan air bisa-bisa kasurnya atau bantalnya bisa rusak. Oleh sebab itu, pendapat Imam Abu Hanifah An-Nu’man bisa kita ikuti yaitu dengan cara menjemur bantal atau kasur tadi yang terkena najis agar tertena terik matahari. Bukankah itu rahmat?.

Kembali pada sekte Islam, sering kita dengar atau kita baca di hadits bahwa sekte Umat Islam akan terpecah menjadi 73 sekte yang terkategori sekte selamat (firqah annajihah) ialah para pengikut sunnah Nabi dan khalafaurrasyidin almahdiyyin. Dari Abi Hurairah (semoga Allah meridhoinya) sesungghunya Rasulullah Saw. bersabda: Terpecah umat Yahudi menjadi 71 golongan. Dan terpecah umay Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu. Berkata para sahabat: Siapakah mereka duhai Rasulullah?”. Rasulullah Saw menjawab: “Mereka adalah yang mengikuti aku dan para sahabatku“. HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah.

Itulah kisi-kisi siapa yang selamat diantara banyak sekte yang berkembang. Meski pada akhirnya secara hakikat, yang dapat menyelamatkan umat manusia adalah husnul khatimah atas rahmat dan anugerah Allah untuk umat Nabi Muhammad. Namun pilihan manusia (ikhtiar) di mana dia mau berpijak. Berpijak di golongan Ahlus sunnah waljamaah atau golongan yang diluar Aswajakah?.

Bagaimanapun setiap pemikiran, pemahaman dalam mengaktualisasikan ajaran Islam tidak akan terlepas dari perbedaan. Hal demikian merupakan realitas nyata yang tak mampu dipungkiri. Tetapi tugas manusia adalah memilih dan ikhtiar mau dimanakah berpijak dalam mengaplikasikan dan merepresentasikan ajaran Islam yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. Tetapi meski berbeda pendapat jangan sampai menjadi penyebab perpecahan sebab perpecahan awal kehancuran umat manusia.

Jangan berhenti untuk belajar, membaca, mengkasi dan diskusi agar terbuka pemikiran, hati nurani dan syukur-syukur kalau dapat berpijak pada paham ahlus sunnah waljamaah yang sebenar.

Oleh : Ahmad Mirza Wildan Abrar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar