oleh Daiyatul Choirot |
Di buta mentari pagi
Netraku kebuka secara perlahan
Seakan ada yang sedang merindu
Antara robbku dan jasadmu
Mendekap di keheningan tetesan air embun
Mengiringi kesembapan dan isakan tangis menuju jalur
evakuasiku
Itu fenomena yang sudah lumrah kata temanku
Entah petuah apa yang kudengar semalam
Kali ini banyak pinta yang ingin ku terbitkan
Bukannya aku serakah
Apalagi pasrah akan keadaan
Hanya saja dadaku merapat hingga tangis disujudku
pecah
Terdengar sesak memang tapi melegakan
kemudian bergeming dalam lamunan
lalu mengapa kumenutup mataku ketika ku berdoa dan
menangis?
karna hal-hal paling indah dalam hidup tidak bisa
dilihat dari mata tetapi dirasakan oleh hati kataku
Memaksa tuhanku mengabulkan semua murodku
Dan berharap doa ini melayang ke langit yang ketujuh
Jangan tanya maksudku menyelipkan fatihahku diantara allahumma
dan aamiinku
Karna harapan dan keyakinanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar