Ancaman Resesi Sudah di Depan Mata | El - Fatih | Artikel


Ancaman Resesi Sudah di Depan Mata

Oleh : Muhammad Allif

 


Presiden Jokowi menyebut perekonomian dunia di 2023 akan gelap, alias akan terjadi resesi ekonomi global di 2023. Inflasi tinggi adalah salah satu penyebab dari resesi ini, yang juga diprediksi akan dialami Indonesia. Tapi, apa sih inflasi itu ? Nahh sederhana nya inflasi ini membuat harga barang-barang menjadi semakin mahal. Selain itu, mencari pekerjaan baru juga akan lebih sulit, karena perusahaan banyak yang melakukan efisiensi atau pengurangan karyawan. Terus kenapa negara-negara di dunia bisa mengalami inflasi, apa sih penyebab utama nya ?

Setidaknya ada tiga hal besar yang punya andil terkait hal ini, yakni : Pandemi Covid 19, konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai, serta adanya perubahan iklim. Ketiga hal inilah yang membuat harga minyak mentah dunia melambung tinggi, dengan begitu secara otomatis harga pangan dan komoditas energi pun ikut melonjak yang mana pasti diikuti dengan harga barang dan jasa yang juga semakin mahal. Lalu jika sudah begini, bank sentral diseluruh negara harus melakukan upaya untuk menstabilkan inflasi. Yakni dengan cara menaikkan suku bunga acuan, dengan mengambil upaya ini harapannya bunga deposito dan imbal surat berharga juga akan naik, sehingga menarik minat masyarakat untuk berbondong-bondong mnyimpan uangnya di bank dibangdingakan untuk dikonsumsi.

Jika sudah begini, maka peredaran uang di masyarakat jadi berkurang dan permintaan terhadap barang akan menurun diikuti harga yang ikut turun. Pada akhirnya, tingkat inflasi diharapkan juga ikut menurun. Dalam proyeksi ekonomi global 2023 yang dikeluarkan IMF, resesi tak hanya akan menggerus negara maju, tapi juga negara miskin dan negara berkembang seperti Indonesia. Kenapa bisa begitu ?

1. Karena bank sentral Amerika “The Fate” pasti akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam inflasi ini. Pastinya imbal hasil atau bunganya jugakan semakin meningkat, dengan begini secara otomatis para investor asing yang berinvestasi di Indonesia akan memilih menarik dananya dan memindahkan dananya ke Amerika Serikat. Fenomena ini disebut juga dengan Capital Outflow.

2. Karena semakin banyak investor menaruh dananya di Amerika Serikat, maka dollar Amerika akan semakin kuat, yang mana membuat rupiah melemah. Bahkan nilai tukar rupiah diprediksi menembus Rp 16.000 per Dollar Amerika.

3.  Inflasi di Indonesia juga sudah melampaui batas target bank Indonesia. Per September 2022 Inflasi Indonesia mencapai 5.95%, padahal targetnya di tahun ini sekitar2-4%.

4.  Tentunya ada kaitan dengan pandemic Covid 19, pada saat pandemi covid 19 2020, masyarakat Indonesia melakukan pengehematan akibatnya daya beli menurun dan banyak PHK yang terjadi diberbagai perusahaan. Padahal konsumsi rumah tangga ini menyumbang lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebenarnya dalam laporan IMF pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di proyeksi positif atau tumbuh sekitar 5% bahkan secara keseluruhan, negara berkembang di proyeksi tumbuh positif 3,6% di 2023. Namun IMF tetap memperingatkan bahwa negara berkembang akan mengalami inflasi yang tinggi yakni mencapai 9.9% di tahun ini dan menurun ke 8,1% di tahun depan.

 

 

            https://www.imf.org/en/Countries/IDN#whatsnew

Tidak ada komentar:

Posting Komentar